HMI Cabang Sukabumi
Himpunan Mahasiswa Islam – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah organisasi mahasiswa ekstra kampus yang dipelopori oleh Lafran pane di Jogjakarta pada tanggal 05 Februari
Sejarah Kohati
Berdirinya HMI di Jogjakarta tanggal 5 Februari 1947 digerakkan oleh 15 orang Mahasiswa yang diantaranya terdapat 2 orang perempuan yaitu Misyarah Hilal dan Siti Zainah.
Pelantikan HMI Cabang Sukabumi
Cikole - Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi periode 2013-2014 secara resmi telah dikukuhkan oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI.
Sabtu, 11 Januari 2014
Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam
A. Definisi Sejarah Sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia. |
|
Senin, 06 Januari 2014
SEJARAH KOHATI
21.32
artikel
SEJARAH KOHATI - Berdirinya HMI di Jogjakarta tanggal 5 Februari 1947 digerakkan oleh 15 orang Mahasiswa yang diantaranya terdapat 2 orang perempuan yaitu Misyarah Hilal dan Siti Zainah. Dalam perkembangan selanjutnya muncullah Siti Baroroh, Tujimah, dan Tedjaningsih. Kehadiran mereka memberikan kesadaran untuk secepatnya membentuk kohati.
KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongres VIII di SOLO.
Secara khusus motivasi mendirikan wadah khusus keperempuanan didasarkan berbagai faktor yaitu.
1. Semangat ke-Islaman HMI-Wati yang tinggi
2. Semangat emansipasi wanita yang membawa keberhasilan diberbagai bidang.
3. Semangat persatuan yang didasarkan rasa senasib dalam memperjuangkan kemerdekaan fisik maupun spiritual para wanita indonesia.
4. Rasa tanggung jawab yang besar dalam membangun masyarakat.
5. HMI-Wati mempunyai cita- cita yang mulia, untuk itu memerlukan wadah dalam membina dan mengembangkannya.
6. HMI sendiri membutuhkan kekuatan massa yang besar dalam segala aspek perjuangan.
Berbagai Latar Belakang berdirinya KOHATI. Dijelaskan dalam buku Korp HMI Wati Dalam Sejarah 1966-1994 yaitu :
Pertama, Perjuangan HMI makin meningkat sesuai dengan gerakan perjuangan bangsa. Terutama pada masa peralihan dari orde lama menuju orde baru. Peningkatan kesadaran kaum wanita dan masyarakat pada umumnya untuk aktif dalam aspek kehidupan semakin besar. Oleh karena itu, dalam rangka pencapaian tujuan HMI lebih maksimal, dilakukanlah pembagian tugas yang lebih efektif. Manifestasi dari pembagian tugas tersebut
dikembangkanlah lembaga- lembaga khusus. Misalnya Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, Lembaga Pers Mahasiswa Islam, Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam, Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam dan lain lain sesuai dengan kebutuhan anggota.
Kesadaran untuk lebih meningkatkan peranan dan aktifitas HMI- Wati telah mendorong terbentuknya Corps HMI-WAti (COHATI). Jika dikatakan HMI merupakan kader ummat dan kader bangsa, dengan demikian HMI-Wati turut serta bersamanya menjadi kader wanita islam. Untuk itu sudah sewajarnyalah jika HMI-Wati melakukan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dan perananya dalam setiap gerak HMI.
Kedua, dapat di kutip disini keterangan Anniswati Rokhlan (ketua umum pertama KOHATI PB HMI) yang dimuat dalam majalah COHATI sebagai berikut : Banyak sekali arti yang dapat diambil dari eksistensi KOHATI dalam HMI. Semula memang maksud didirikanya KOHATI adalah pengerahan massa dalam KAP (Kesatuan Aksi Pengayangan) GESTAPU/PKI, dimanakita ikut berpartisipasi aktif. Dalam bentuk Departemen Keputrian, paling- paling hanya tiga atau empat orang saja yang bersedia bekerja, yang lain hanya menonton saja. Dengan korp HMI-wati, maka banyak HMI-Wati yang ambil bagian, sehingga dengan demikian lebih banyak kegiatan yang dilakukan dan lebih banyak HMI-Wati yang belajar dari pengalaman di HMI. Dengan kata lain pembinaan HMI-Wati sebagai anggota HMI lebih riil. .
Ketiga, mengutip keterangan Yulia Mulyati Mantan Sekretaris Umum KOHATI PB yang pertama dikatakan bahwa yang mendorong didirikanya KOHATI adalah karena dibentuknya berbagai korp dalam angkatan bersenjata sebagai wadah khusus perempuan, seperti Angkatan Laut punya KOWAL, Angkatan Darat punya KOWAD, Angkatan Udara punya KOWAU, Angkatan Kepolisian punya POLWAN, maka HMI punya KOHATI. Tujuan dari terbentuknya berbagai korp tersebut adalah untuk mengerahkan masa dalam menghadapi komunis. Yulia juga mengatakan gambaran sebenarnya yang mendorong berdirinya KOHATI adalah untuk pembentukan kader- kader HMI-Wati ysng dapat membawakan aspirasi HMI dimanapun berada, disamping itu juga kualitas dan kuantitas HMI-Wati semakin meningkat sehingga dirasakan sangat penting adanya sebuah wadah yaitu KOHATI. Mengutip pendapatnya Nurhayati Jamaz mengungkapkan bahwa situasi sosial-politik pada sekitar tahun 1966 menyebabkan timbulnya hasrat dan semangat dari seluruh unsur masyarakat yang ada untuk mempersatukan kekuatan dalam menumpas gerakan PKI pada waktu itu. PKI merupakan lawan ideologis HMI yang masuk melalui pintu gerakan perempuan (GERWANI). Upaya HMI untuk bersentuhan langsung pada gerakan keperempuanan membawa konsekwensi logis masuknya HMI ke kancah perjuangan gerakan perempuan, baik formal maupun informal. Sebagai langkah taktis untuk masuk ke wilayah perempuan akan lebih efektif bila HMI memiliki kelompok kepentingan (interest-group) yang dapat diperhitungkan sebagai bagian langsung dari gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan
Ada dua alasan yang paling mendasar membuat KOHATI didirikan yaitu:
1. Secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa di fasilitasi oleh HMI. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi HMI-Wati juga diharapkan HMI-Wati secara internal memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya sendiri yaitu kader HMI-Wati.
2. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk melalui pintu gerakan perempuan (GERWANI). Selain itu maraknya pergerakan perempuan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai pariasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerkannya membuat HMI harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalm kancah gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan.
Atas dasar pertimbangan itulah pada tanggal 17 September 1966 M bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VII di Solo dideklarasikan KOHATI. Terpilih sebagai Ketua Umum KOHATI pertama waktu itu adalah Anniswati Rokhlan
KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongres VIII di SOLO.
Secara khusus motivasi mendirikan wadah khusus keperempuanan didasarkan berbagai faktor yaitu.
1. Semangat ke-Islaman HMI-Wati yang tinggi
2. Semangat emansipasi wanita yang membawa keberhasilan diberbagai bidang.
3. Semangat persatuan yang didasarkan rasa senasib dalam memperjuangkan kemerdekaan fisik maupun spiritual para wanita indonesia.
4. Rasa tanggung jawab yang besar dalam membangun masyarakat.
5. HMI-Wati mempunyai cita- cita yang mulia, untuk itu memerlukan wadah dalam membina dan mengembangkannya.
6. HMI sendiri membutuhkan kekuatan massa yang besar dalam segala aspek perjuangan.
Berbagai Latar Belakang berdirinya KOHATI. Dijelaskan dalam buku Korp HMI Wati Dalam Sejarah 1966-1994 yaitu :
Pertama, Perjuangan HMI makin meningkat sesuai dengan gerakan perjuangan bangsa. Terutama pada masa peralihan dari orde lama menuju orde baru. Peningkatan kesadaran kaum wanita dan masyarakat pada umumnya untuk aktif dalam aspek kehidupan semakin besar. Oleh karena itu, dalam rangka pencapaian tujuan HMI lebih maksimal, dilakukanlah pembagian tugas yang lebih efektif. Manifestasi dari pembagian tugas tersebut
dikembangkanlah lembaga- lembaga khusus. Misalnya Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, Lembaga Pers Mahasiswa Islam, Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam, Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam dan lain lain sesuai dengan kebutuhan anggota.
Kesadaran untuk lebih meningkatkan peranan dan aktifitas HMI- Wati telah mendorong terbentuknya Corps HMI-WAti (COHATI). Jika dikatakan HMI merupakan kader ummat dan kader bangsa, dengan demikian HMI-Wati turut serta bersamanya menjadi kader wanita islam. Untuk itu sudah sewajarnyalah jika HMI-Wati melakukan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dan perananya dalam setiap gerak HMI.
Kedua, dapat di kutip disini keterangan Anniswati Rokhlan (ketua umum pertama KOHATI PB HMI) yang dimuat dalam majalah COHATI sebagai berikut : Banyak sekali arti yang dapat diambil dari eksistensi KOHATI dalam HMI. Semula memang maksud didirikanya KOHATI adalah pengerahan massa dalam KAP (Kesatuan Aksi Pengayangan) GESTAPU/PKI, dimanakita ikut berpartisipasi aktif. Dalam bentuk Departemen Keputrian, paling- paling hanya tiga atau empat orang saja yang bersedia bekerja, yang lain hanya menonton saja. Dengan korp HMI-wati, maka banyak HMI-Wati yang ambil bagian, sehingga dengan demikian lebih banyak kegiatan yang dilakukan dan lebih banyak HMI-Wati yang belajar dari pengalaman di HMI. Dengan kata lain pembinaan HMI-Wati sebagai anggota HMI lebih riil. .
Ketiga, mengutip keterangan Yulia Mulyati Mantan Sekretaris Umum KOHATI PB yang pertama dikatakan bahwa yang mendorong didirikanya KOHATI adalah karena dibentuknya berbagai korp dalam angkatan bersenjata sebagai wadah khusus perempuan, seperti Angkatan Laut punya KOWAL, Angkatan Darat punya KOWAD, Angkatan Udara punya KOWAU, Angkatan Kepolisian punya POLWAN, maka HMI punya KOHATI. Tujuan dari terbentuknya berbagai korp tersebut adalah untuk mengerahkan masa dalam menghadapi komunis. Yulia juga mengatakan gambaran sebenarnya yang mendorong berdirinya KOHATI adalah untuk pembentukan kader- kader HMI-Wati ysng dapat membawakan aspirasi HMI dimanapun berada, disamping itu juga kualitas dan kuantitas HMI-Wati semakin meningkat sehingga dirasakan sangat penting adanya sebuah wadah yaitu KOHATI. Mengutip pendapatnya Nurhayati Jamaz mengungkapkan bahwa situasi sosial-politik pada sekitar tahun 1966 menyebabkan timbulnya hasrat dan semangat dari seluruh unsur masyarakat yang ada untuk mempersatukan kekuatan dalam menumpas gerakan PKI pada waktu itu. PKI merupakan lawan ideologis HMI yang masuk melalui pintu gerakan perempuan (GERWANI). Upaya HMI untuk bersentuhan langsung pada gerakan keperempuanan membawa konsekwensi logis masuknya HMI ke kancah perjuangan gerakan perempuan, baik formal maupun informal. Sebagai langkah taktis untuk masuk ke wilayah perempuan akan lebih efektif bila HMI memiliki kelompok kepentingan (interest-group) yang dapat diperhitungkan sebagai bagian langsung dari gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan
Ada dua alasan yang paling mendasar membuat KOHATI didirikan yaitu:
1. Secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa di fasilitasi oleh HMI. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi HMI-Wati juga diharapkan HMI-Wati secara internal memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya sendiri yaitu kader HMI-Wati.
2. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk melalui pintu gerakan perempuan (GERWANI). Selain itu maraknya pergerakan perempuan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai pariasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerkannya membuat HMI harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalm kancah gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan.
Atas dasar pertimbangan itulah pada tanggal 17 September 1966 M bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VII di Solo dideklarasikan KOHATI. Terpilih sebagai Ketua Umum KOHATI pertama waktu itu adalah Anniswati Rokhlan
oleh: KOHATI Cabang Sukabumi
HMI Cabang Sukabumi
01.04
artikel
Himpunan Mahasiswa Islam – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah organisasi mahasiswa ekstra kampus yang dipelopori oleh Lafran pane di Jogjakarta pada tanggal 05 Februari 1947 M, yangmana menjadikan organisasi ini sebagai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia. Himpunan Mahasiswa Islam merupakan salah satu organisasi yang berazazkan islam.
Di Sukabumi, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah ada sejak tahun 1968, pada tahun itu yang menahkodai himpunan ini adalah H. Buya Sukandar (Alm), akan tetapi di Sukabumi himpunan ini sempat pakum dan kembali hadir pada tahun 1998 dengan nama HMI Rayon Sukabumi dan Saudara Tatang dan Ateng jaelani, S.Ag pernah menjabat sebagai ketua Umum HMI rayon sukabumi.
Sejarah mencatat, himpunan mahasiswa islam (HMI) Cabang Sukabumi baru ada pada tahun 2002 dengan ketua umum pertama yaitu saudara Rahmat Hidayat, S.Pd.I, yangmana sebelumnya merupakan HMI Cabang Sukabumi – Cianjur (Cabang Su-Ci) dengan nahkoda HMI cabang Su-CI pada saat itu adalah saudara Ase Riyadi, S.Ag. Pada tahun 2002, HMI Cabang Sukabumi-Cianjur melebarkan sayapnya dengan memisahkan anatara cabang Sukabumi dan cabang Cianjur, yangmana cabang Sukabumi menjadi induk dari cabang cianjur, saudara Rahmat Hidayat, S.Pd menjadi ketua umum pertama hasil Konfercab I Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Sukabumi periode 2002-2003.
Seiring perjalanan, dari tahun 2002 hingga saat ini himpunan mahasiswa islam (HMI) cabang Sukabumi telah sembilan kali melaksanakan Konferensi cabang (Konfercab) HMI cabang Sukabumi, dengan Formateur/Ketua umum terpilih sebagai berikut:
1. Rahmat Hidayat (Konfercab I) Periode 2002 - 2003
2. Samsul hidayat (konfercab II) Periode 2004 - 2005
3. Triyono (Konfercab III) Periode 2005 - 2006
4. Ahmad saepulloh (konfercab IV) Periode 2006 - 2007
5. Jaka Susila (Konfercab V) periode 2007 - 2008
6. Ujang Natadiredja (Konfercab VI) Periode 2008 - 2009
7. Angga Perwira Sukamawinata (Konfercab VII) Periode 2010 - 2011
8. Muhammad Rijal Amirullah (Konfercab VIII) Periode 2011 – 2012
9. Ahmad Jamaludin (Konfercab IX) Periode 2013 - 2014
Pada saat ini, dari sekian banyak perguruan tinggi yang ada di Kota dan Kabupaten Sukabumi terdapat sembilan Komisariat penuh dan empat kimisariat persiapan, antara lain:
1. Komisariat STAI Syamsul’ulum
2. Komisariat STAI Sukabumi
3. Komisariat STH Pasundan
4. Komisariat STISIP Syamsul’ulum
5. Komisariat STISIP Widyapuri Mandiri
6. Komisariat STAI Al-Barakah
7. Komisariat STAI Kharisma
8. Komisariat STAI Al-barakah
9. Komisariat Palabuhanratu (merupakan gabungan beberapa kampus kelas jauh yang ada di wilayah palabuhanratu)
10. Komisariat Persiapan STT Nusa Putra
11. Komisariat Persiapan Univ. Muhammadiyah
12. Komisariat Persiapan AMIK CBI
13. Komisariat Persiapan STKIP PGRI
Himpunan mahasiswa islam (HMI) merupakan tempat berhimpun mahasiswa islam dan merupakan organisasi perjuangan. Salam hejo hideung.
Rabu, 01 Januari 2014
Refleksi Akhir Tahun Pengurus PB HMI
Membawakan semangat, gagasan dan harapan. Tulisan ini adalah selintas tinjauan atas kenyataan HMI pada waktu yang terlewat, juga harapan-harapan yang akan datang.
Hakikat zaman adalah perubahan. Siapa tak berubah, ia akan dilahap zaman, atau setidaknya diseret kepinggiran. Bengis memang, namun tak ada yang luput dari keharusan universal. Kitalah (seperti dibuktikan lewat fisika modern) semesta
kecil yang berjalan dalam semesta raya, dengan kelindan dan tata aturan yang sebangun; perbaikan dan kemajuan. Kita yang lalu akan berganti dengan kita yang baru dalam proses yang semakin berkembang. Maka relevan sebuah hadits .kullukum raa-in wa kullukum mas-ulun ‘an ra-iyyatihi, setiapkalian harus mampu memimpin semesta kecil masing-masing, sebelum mampu menggerakkan semesta raya.
Dalam sebuah komunitas yang besar seperti masyarakat-bangsa, kenyataan tak selalu linear, terarah jelas, atau bergerak dalam ketetapan tertentu. Namun dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada, kita dapat merumuskan pola-pola hubungan yang ajeg. Setiap zaman memang memiliki zeitgeist-nya masing-masing, yang mengandung bawaan dari proses sebelumnya. Kenyataan hari ini adalah hasil dialog antara yang lalu dan yang baru, sebuah destruksikreatif. Untuk menghadapinya, kita dapat mengikuti anjuran kaidah ushul-fiqh ..al-muhafadzatu ‘ala qadimi ash-shalih, walakhdzu bi al-jadidi al-ashlah, merawat apa-apa yang baik dari masa lalu, sambil menerima perubahan baru yang lebih baik.
Kecenderungan untuk selalu melakukan perbaikan memang harus selalu ada dalam kondisi apapun. Al-Quran suratAli ‘Imran ayat 104 mengajarkan ..waltakunminkum ummatun yad’uuna ilaa al-khayr ta-muruuna bi al-ma’ruf wa tanhawna ‘anial-munkar, harus tampil sekelompok orang yang selalu menyeru kepada yangbaik, melakukan perbaikan (emancipation)dan mencegah penindasan atas kemanusiaan (liberation).Dari sinilah kita dapat merumuskan cita-cita sosial; masyarakat yang adil-makmurdiridhai Allah swt.
Dengan bercermin pada sejarah, kita bisa maklum bahwa pemikiran dan pergerakan untuk menuju kepada cita-cita sosial selalu didorong dan dibawakan oleh generasi muda. Karena kelompok ini berwatak paling terbuka dan selalu tak puas dengan kondisi yang ada. Organisasi adalah perangkat menuju cita-cita sosial itu. Kata dasar organ yang membentuk organisasi mengindikasikan sebuah tubuh khayal yang dibangun dari jejaring interaksi, simbol, dan tata rekatan ideologis. Organisasi tidak dibangun dari satu kesadaran, melainkan beragam kesadaran yang menggerakkannya, ke satu arahyang sama yaitu cita-cita sosial tersebut di atas.
HMI memiliki segalapra-syarat dan pra-kondisi untuk itu. Dengan tradisi keislaman-keindonesiaan yang terbuka, keberagaman dan penghargaan atas keberagaman –yang sering dipromosikan orang hari ini– adalah watak utama kita sejak lama, sehingga kenyataan yang dinamis itulah yang berurat-akar dalam kesadaran dan aktifitas ratusan ribu kader HMI di seantero nusantara. Semangat yang inklusif, plural, toleran,dan dinamis ini membuat kader-kader HMI selalu mampu menjadi poros dari pergerakan sosial, sejak level kampus hingga nasional, dari ranah pemikiran, pergerakan,hingga profesional-birokrat.
Sejak Mei 2013 pelantikan PB HMI di Yogyakarta, saya berusaha menangkap dan membawakan semangat ini. Amanah (kepercayaan) yang dibawa sejak Kongres yang lalu harus memberikan rasa aman kepada pemberi amanah, itulah bagi saya, bagian dari harga diri yang tak bisa ditawar. Setiap tindakan adalah cermin dari kesadaran, juga sebaliknya. PB HMI sebagai representasi tertinggi organisasi mesti memerankan tugas tertinggi, menjaga nilai-nilai dasar dan konstitusi organisasi, sambil berusaha menjadi teladan bagi level kepegurusan di tingkat bawah.
Namun berharap terlalujauh akan membuat kita jatuh pada kekecewaan. Harus jujur diakui banyak pihak, bahwa perilaku berorganisasi kita masihlah jauh dari yang diidamkan. Ketidak sesuaian antara perilaku individu dengan tuntutan organisasi menyebabkan kita kehilangan pegangan keteladanan. Dan teladan yang buruk menyebar lebih cepat dari kebaikan, menggerogoti wibawa dan pengaruh organisasi.
Interaksi organisasi yang dibangun dengan nalar kekuasaan semata, membuat batas antara benar-salah menjadi kabur. Dalam kondisi ini tindakan apapun sengaja dibenarkan, demiposisi politik yang diinginkan. Kekuasaan seakan ditempatkan lebih superior dari kebenaran dan keadilan, dalam pengambilan keputusan. Fenomena ini berjalan seiring dengan euforia demokrasi elektoral, ketika kekuasaan politik terdistribusi hingga level mikro. Organisasi menjadi hantaran untuk mengemis-mendapatkan rente dari pola hubungan yang patrimonial. Pola interaksi tuan-hamba antara pengurus organisasi dengan aktor politik eksternal, membuat kita kehilangan keberanian dalam mengambil keputusan.
Kritik adalah akar perbaikan,perlu dihadapi dengan terbuka. Dan jelas kritik bukan turunan dari pesimisme atas keadaan. Dalam stagnasi tradisi intelektual yang telah terjadi demikian lama, kita tetap perlu bersyukur melihat geliat perkaderan masih terus berjalan. Saya melihat, pada aktfitas perkaderan inilah konsentrasi kita perluterus dijaga dan dikembangkan.
Sebagai ketua umum PB HMI selama hampir delapan bulan terakhir saya berkunjung ke sedemikian banyak komisariat, cabang dan badko, serta berjumpa dengan ribuan kader dengan pemikiran dan tradisi yang khas masing-masing. Berbagai seremoni pelantikan, workshop, seminar, diskusi, dialog publik, intermediate dan advance training, serta pertemuan epistemik lainnya telah diselenggarakan dengan baik oleh begitu banyak pihak. Saya kagum dan heran sekaligus, inilah paradoks yang menggembirakan, di tengah kritik yang bertubi-tubi atas keadaan organisasi, sebenarnya kita tak pernah kehilangan semangat untuk melakukan perbaikan dan menggerakkan organisasi ini ke arah yang semestinya.
Dari refleksi di atas,saya memiliki beberapa catatan penting bagi kita untuk dilakukan ke depan. Pertama, Gerakan HMI back to campus tidak bisa terelakkan menjadi kebutuhan dalam mempertahankan status organisasi.Dibutuhkan kebijakan dari setiap level kepengurusan untuk membawa segala aktifitas HMI ke dalam kampus, atau menyesuaikan aktifitas HMI untuk mendukung prestasi akademik kader-kader di kampus. PB HMI selama ini telah mencoba untuk membawa kegiatan-kegiatan besar di kampus; Pelantikan di UGM, Rakernas di IPB, acara seminar dan dialog tidak lagi di ruangan hotel melainkan di kampus sekitar Jakarta dan sekretariat PB HMI, Rapat Pleno I PB HMI Januari nanti juga rencana diselenggarakan di UNPAD bandung.
Kedua, gerakan HMI Untuk Rakyatadalah kemestian yang tak terelakkan untuk terus disosialisasikan ke seluruh level kepengurusan. Jika kita percaya bahwa hanya demokrasi yang berkualitas yang dapat membawa pada kesejahteraan bangsa, maka peran HMI tak bisa lagi hanya berkisar pada kekuasaan politik elit, namun harus mengarah kepada penguatan kapasitas kewargaan (citizenship) untuk mendorong masyarakat madani (civilsociety) yang kuat. Tak perlu sungkan untuk dikatakan di sini, bahwa PB HMI memerlukan sumbangsih inovasi dari komisariat dan cabang dalam platform gerakan HMI Untuk Rakyat ini.
Ketiga, untuk menjelang bonus demografi dan perdagangan bebas di waktu mendatang, perkaderan kita perlu diperkaya dengan wawasan keprofesian dan kewirausahaan. Menghidupkan kembali lembaga-lembaga keprofesian di komisariat dan cabang akan memberikan daya organisasi yang lebih kuat, juga mendorong etos kerja yang selama ini kembang kempis.
Kelima, sebagai lembaga intelektual, kita tak punya pilihan lain kecuali mengembangkan budaya literasi;membaca, menulis, dan berdiskusi. Tiga aktifitas elementer inilah, yang selama ini barangkali dianggap sepele, namun sesungguhnya menjadi modal utama dalam memerankan aktifitas kita di masa ini maupun ke depan.
Kemauan kita merawat spirit berorganisasi yang inklusif, plural, toleran dan dinamis, sambil membuka diri untuk menerima dan membawa semangat zaman yang baru menjelang, akan memberikan warna yang kuat pada watak organisasi. Kesetiaan kita pada mission sacree terletak pada kemauan untuk terus-menerus memperbaiki diri dan organisasi, menuju profil kader yang berkualitas; muslim, intelektual, dan profesional, yang mampu menjadi motor kearah terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt.
Usia muda adalah waktu terbaik untuk membuka segenap potensi diri, membuktikan kesetiaan pada fitrah kemanusiaan yang hanif; selalu mencintai perbaikan dan kemajuan, sehingga hdup menjanjikan masa depan yang gemilang. Selamat menjalani tahun yang baru, tahun 2014. Yakin Usaha Sampai.
Muhammad Arief Rosyid Hasan
KETUA UMUM PB HMISumber: http://independensia.com
Langganan:
Postingan (Atom)