HMI Cabang Sukabumi

Himpunan Mahasiswa Islam – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah organisasi mahasiswa ekstra kampus yang dipelopori oleh Lafran pane di Jogjakarta pada tanggal 05 Februari

Sejarah Kohati

Berdirinya HMI di Jogjakarta tanggal 5 Februari 1947 digerakkan oleh 15 orang Mahasiswa yang diantaranya terdapat 2 orang perempuan yaitu Misyarah Hilal dan Siti Zainah.

Pelantikan HMI Cabang Sukabumi

Cikole - Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi periode 2013-2014 secara resmi telah dikukuhkan oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI.

Selasa, 04 Maret 2014

DAFTAR CALON PESERTA LK II YANG LULUS VERIFIKASI MAKALAH DILUAR WILAYAH KERJA HMI CABANG SUKABUMI

hmi cabang sukabumi


NO
NAMA
ASAL CABANG
1
IRFAN FATHONI
YOGYAKARTA
2
ABDUL HAKIM
YOGYAKARTA
3
YUYUN NOVIA SARI
YOGYAKARTA RAYA
4
BAJA MUDDIN KUDA
MAKASAR
5
SADAT AMIR
TEGAL
6
PETRI
PADANG
7
MADZAIL SULAEMAN
MAKASAR
8
RESTU DWI PRATAMA
CIPUTAT
9
UMMI MUKAROMAH
CIREBON
10
FIKY PRIMA UTAMA
SURABAYA
11
FIKI ARIF HIDAYAT
METRO
12
ADI ARSYADANI
TEGAL
13
ACENG AHMAD RODIAN
GARUT
14
SAEPUL BUAMONA
JAKARTA PUSTARA
15
FACHRI SETIA
JAKARTA PUSTARA
16
HERISKI KURNIAWAN
MALANG
17
MUTI ULYA MUTIA
SEMARANG
18
KUSAIRI
MALANG
19
HARDIN NAIDA
BAUBAU
20
BORNARD
BANDA ACEH
21
AZDAR
KOLAKA UTARA
22
AMRI SYAHREIKY
MEDAN
23
MUHAMMAD EDITYA PERDANA
CIPUTAT
24
ANDI SHAEPUL RACHMAT SHOPIAN
KAB. BANDUNG
25
HARIS MUNANDAR
BANDA ACEH
26
ABDUL AZIZ PURNAMA
SEMARANG
27
ANGGUN PRIBADI
KAB. BANDUNG
28
INDRA PURWAKA
BEKASI
29
LIDYA FRANSISCA
LUBUKLINGGAU
30
AHMAD MUCHLIS GULYAN
LUBUKLINGGAU
31
LAZUARDI MUKHLIZARDY PIROSY
BOGOR
32
GANTA RATU SEMOGA
METRO
33
MUGNY ANDRIANSYAH
SERANG
34
FICKY UTOMO
DEPOK
35
SHABIR MODDING
BULUKUMBA
36
LM AKBAR PRATAMA
BAUBAU
37
MUHAMAD ANSORI
SUKOHARJO
38
AULIA AKHBAR ASKAM
MEDAN
39
ASRIANI ALAMI
SEMARANG
40
RIVAN SYAHRUL FALAH
GARUT

Contact Person :
  • Jainal Sidik   085659567205
  • Yanuar Azhar   085720866350

Senin, 03 Maret 2014

Intermediate Training Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Sukabumi




Jangan sia-siakan kesempatan...
Ikutilah Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi, yang insya Allah akan dilaksanakan pada 7 - 16 Maret 2014.
Screening: 7 - 9 Maret
LK II: 10 - 16 Maret 2014...
Panitia: 

Jainal sidik (0856 5956 7205)
yanuar Azhar (0857 2086 6350)

Untuk propoosal silahkan download disini

Bersyukur dan Ikhlas
Yakin Usaha Sampai..!


Kamis, 20 Februari 2014

Biografi: Dr. Nurcholis Madjid (Tokoh HMI)

Nurcholis Madjid, yang populer dipanggil Cak Nur, itu merupakan ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Ia cendekiawan muslim milik bangsa. Gagasan tentang pluralisme telah menempatkannya sebagai intelektual muslim terdepan. Terlebih di saat Indonesia sedang terjerumus di dalam berbagai kemorosotan dan ancaman disintegrasi bangsa. Namanya semat mencuat sebagai kandidat terkuat calon presiden Pemilu 2004.

Namun keputusannya sebagai Capres independen yang terlalu dini menyatakan bersedia mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Golkar, dan kemudian mengundurkan diri, telah memerosotkan peluangnya meraih kursi RI-1 itu. Sebelumnya, cukup banyak partai yang ingin melamarnya menjadi Capres. Namun selepas kesediaannya mengikuti konvensi Golkar itu, lamaran itu menjadi surut. Ia tampaknya tersendat cukup sebagai Capres pengeras suara, seperti pernah dikemukakannya.

Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 17 Maret 1939. Ayahnya, KH Abdul Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumi. Setelah melewati pendidikan di berbagai pesantren, termasuk Gontor, Ponorogo, menempuh studi kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968), tokoh HMI ini menjalani studi doktoralnya di Universitas Chicago, Amerika Serikat (1978-1984), dengan disertasi tentang filsafat dan khalam Ibnu Taimiya.
Nurcholish Madjid kecil semula bercita-cita menjadi masinis kereta api. Namun, setelah dewasa malah menjadi kandidat masinis dalam bentuk lain, menjadi pengemudi lokomotif yang membawa gerbong bangsa.

Sebenarnya menjadi masinis lokomotif politik adalah pilihan yang lebih masuk akal. Nurcholish muda hidup di tengah keluarga yang lebih kental membicarakan soal politik ketimbang mesin uap. Keluarganya berasal dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) dan ayahnya, Kiai Haji Abdul Madjid, adalah salah seorang pemimpin partai politik Masyumi. Saat terjadi “geger” politik NU keluar dari Masyumi dan membentuk partai sendiri, ayahnya tetap bertahan di Masyumi.

Kesadaran politik Nurcholish muda terpicu oleh kegiatan orang tuanya yang sangat aktif dalam urusan pemilu.
Politik praktis mulai dikenalnya saat menjadi mahasiswa. Ia terpilih sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat, tempat Nurcholish menimba ilmu di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Islam Institut Agama Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta. Pengalamannya bertambah saat menjadi salah satu calon Ketua Umum Pengurus Besar HMI.

Kendati memimpin organisasi mahasiswa ekstrakurikuler yang disegani pada awal zaman Orde Baru, Nurcholish tidak menonjol di lapangan sebagai demonstran. Bahkan namanya juga tidak berkibar di lingkungan politik sebagai pengurus Komite Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), kumpulan mahasiswa yang dianggap berperan menumbangkan Presiden Sukarno dan mendudukkan Mayor Jenderal Soeharto sebagai penggantinya. Prestasi Cak Nur lebih terukir di pentas pemikiran. Terutama pendapatnya tentang soal demokrasi, pluralisme, humanisme, dan keyakinannya untuk memandang modernisasi atau modernisme bukan sebagai Barat, modernisme bukan westernisme. Modernisme dilihat Cak Nur sebagai gejala global, seperti halnya demokrasi.

Pemikirannya tersebar melalui berbagai tulisan yang dimuat secara berkala di tabloid Mimbar Demokrasi, yang diterbitkan HMI. Gagasan Presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara ini memukau banyak orang, hingga ia digelari oleh orang-orang Masyumi sebagai “Natsir muda”.

Pemikirannya yang paling menggegerkan khalayak, terutama para aktivis gerakan Islam, adalah saat pemimpin umum majalah Mimbar Jakarta ini melontarkan pernyataan “Islam yes, partai Islam no”. Ia ketika itu menganggap partai-partai Islam sudah menjadi “Tuhan” baru bagi orang-orang Islam.

Partai atau organisasi Islam dianggap sakral dan orang Islam yang tak memilih partai Islam dalam pemilu dituding melakukan dosa besar. Bahkan, bagi kalangan NU, haram memilih Partai Masyumi. Padahal orang Islam tersebar di mana-mana, termasuk di partai milik penguasa Orde Baru, Golkar. Pada waktu itu sedang tumbuh obsesi persatuan Islam. Kalau tidak bersatu, Islam menjadi lemah. Cak Nur menawarkan tradisi baru bahwa dalam semangat demokrasi tidak harus bersatu dalam organisasi karena keyakinan, tetapi dalam konteks yang lebih luas, yaitu kebangsaan.

Ide pembaharuan Islam

Cak Nur merupakan ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Gagasannya tentang pluralisme telah menempatkannya sebagai intelektual Muslim terdepan, terlebih di saat Indonesia sedang terjerumus di dalam berbagai kemorosotan dan ancaman disintegrasi bangsa.
Sebagai tokoh pembaharu dan cendikiawan Muslim Indonesia, seperti halnya K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Nurholish Madjid sering mengutarakan gagasan-gagasan yang dianggap kontroversial terutama gagasan mengenai pembaharuan Islam di Indonesia. Pemikirannya diaggap sebagai sumber pluralisme dan keterbukaan mengenai ajaran Islam terutama setelah berkiprah dalam Yayasan Paramadina dalam mengembangkan ajaran Islam yang moderat.

Reformasi 1998

Namun demikian, ia juga berjasa ketika bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan pada tahun 1998. Ialah yang sering diminta nasihat oleh Presiden Soeharto terutama dalam mengatasi gejolak pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta setelah Indonesia dilanda krisis hebat yang merupakan imbas krisis 1997. Atas saran beliau, akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya untuk menghindari gejolak yang lebih parah.

Kontroversi

Ide dan Gagasan Cak Nur tentang sekularisasi dan pluralisme tidak sepenuhnya diterima dengan baik di kalangan masyarakat Islam Indonesia. Terutama di kalangan masyarakat Islam yang menganut paham tekstualis literalis pada sumber ajaran Islam. Mereka menganggap bahwa paham Cak Nur dan Paramadinanya telah menyimpang dari teks-teks Al-Quran dan Al-Sunnah. Gagasan yang paling kontroversial adalah ketika Cak Nur menyatakan "Islam Yes, Partai No?", sementara dalam waktu yang bersamaan sebagian masyarakat Islam sedang gandrung untuk berjuang mendirikan kembali partai-partai yang berlabelkan Islam. Konsistensi gagasan ini tidak pernah berubah ketika setelah terjadi reformasi dan terbukanya kran untuk membentuk partai yang berlabelkan agama.

Meninggal

Cak Nur meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 akibat penyakit sirosis hati yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata meskipun merupakan warga sipil karena dianggap telah banyak berjasa kepada negara.

Pendidikan
Pesantren Darul ‘ulum Rejoso, Jombang, Jawa Timur, 1955
Pesantren Darul Salam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur 1960
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1965 (BA, Sastra Arab)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1968 (Doktorandus, Sastra Arab)
The University of Chicago (Universitas Chicago), Chicago, Illinois, Amerika Serikat, 1984 (Ph.D, Studi Agama Islam) Bidang yang diminati Filsafah dan Pemikiran Islam, Reformasi Islam, Kebudayaan Islam, Politik dan Agama Sosiologi Agama, Politik negara-negara berkembang
Pekerjaan

Karir (lain-lain)
Peneliti, Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LEKNAS-LIPI), Jakarta 1978–1984
Peneliti Senior, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, 1984–2005
Guru Besar, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta 1985–2005
Rektor, Universitas Paramadina, Jakarta, 1998–2005
Penerbitan (Sebagian)
Anggota MPR-RI 1987-1992 dan 1992–1997
Anggota Dewan Pers Nasional, 1990–1998
Ketua Yayasan Paramadina, Jakarta 1985–2005
Fellow, Eisenhower Fellowship, Philadelphia, Amerika Serikat, 1990
Anggota KOMNAS HAM , 1993-2005
Profesor Tamu, McGill University , Montreal, Kanada, 1991–1992
Wakil Ketua, Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), 1990–1995
Anggota Dewan Penasehat ICM, 1996
Penerima Cultural Award ICM, 1995
Rektor Universitas Paramadina Mulya, Jakarta 1998–2005
Penerima Bintang Mahaputra, Jakarta 1998

Kegiatan:
- The issue of modernization among Muslim in Indonesia, a participant point of view in Gloria Davies, ed. What is Modern Indonesia Culture (Athens, Ohio, Ohio University, 1978)
- (“Issue tentang modernisasi di antara Muslim di Indonesia: Titik pandangan seorang peserta” dalam Gloria Davies edisi. Apakah kebudayaan Indonesia Modern (Athens, Ohio, Ohio University, 1978)
- “Islam In Indonesia: Challenges and Opportunities” in Cyriac K. Pullabilly, Ed. Islam in Modern World (Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982)
- “Islam Di Indonesia: Tantangan dan Peluang”” dalam Cyriac K. Pullapilly, Edisi, Islam dalam Dunia Modern (Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982)
- Khazanah Intelektual Islam (Intellectual Treasure of Islam) (Jakarta, Bulan Bintang, 1982)
- Khazanah, Intelektual Islam (Jakarta, Bulan Bintang, 1982)
- Islam Kemoderanan dan Keindonesiaan (Islam, Modernity and Indonesianism), (Bandung: Mizan, 1987, 1988)
- Islam, Doktrin dan Peradaban (Islam, Doctrines and civilizations), (Jakarta, Paramadina, 1992)
- Islam, Kerakyatan dan KeIndonesiaan (Islam, Populism and Indonesianism) (Bandung: Mizan, 1993)
- Pintu-pintu menuju Tuhan (Gates to God), (Jakarta, Paramdina, 1994)
- Islam, Agama Kemanusiaan (Islam, the religion of Humanism), (Jakarta, Paramadina, 1995)
- Islam, Agama Peradaban (Islam, the Religion of Civilization), (Jakarta, Paramadina, 1995)
“In Search of Islamic Roots for Modern Pluralism: The Indonesian Experiences.” In Mark Woodward ed., Toward a new Paradigm, Recent Developments in Indonesian
- IslamicThoughts (Tempe, Arizona: Arizona State University, 1996)
“Pencarian akar-akar Islam bagi pluralisme Modern : Pengalaman Indonesia dalam Mark Woodward edisi, menuju suatu dalam paradigma baru, Perkembangan terkini dalam pemikiran Islam Indonesia (Teme, Arizona: Arizona State University, 1996)
- Dialog Keterbukaan (Dialogues of Openness), (Jakarta, Paradima, 1997)
- Cendekiawan dan Religious Masyarakat (Intellectuals and Community’s Religiously), (Jakarta: Paramadina, 1999)
- Pesan-pesan Takwa (kumpulan khutbah Jumat di Paramadina) (Jakarta:Paramadina, --)
- Presenter, Seminar Internasional tentang “Agama Dunia dan Pluralisme”, November 1992, Bellagio, Italia
- Presenter, Konferensi Internasional tentang “Agama-agama dan Perdamaian Dunia”, April 1993, Wina, Austria
- Presenter, Seminar Internasional tentang “Islam di Asia Tenggara”, Mei 1993, Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat
- Presenter, Seminar Internasional tentang “Persesuaian aliran Pemikiran Islam”, Mei 1993, Teheran, Iran.
- Presenter, Seminar internasional tentang “Ekspresi-ekspresi kebudayaan tentang Pluralisme”, Jakarta 1995, Casablanca, Maroko
- Presenter, seminar internasional tentang “Islam dan Masyarakat sipil”, Maret 1995, Bellagio, Italia
- Presenter, seminar internasional tentang “Kebudayaan Islam di Asia Tenggara”, Juni 1995, Canberra, Australia
- Presenter, seminar internasional tentang “Islam dan Masyarakat sipil”, September 1995, Melbourne, Australia
- Presenter, seminar internasional tentang “Agama-agama dan Komunitas Dunia Abad ke-21,” Juni 1996, Leiden, Belanda.
- Presenter, seminar internasional tentang “Hak-hak Asasi Manusia”, Juni 1996, Tokyo, Jepang
- Presenter, seminar internasional tentang “Dunia Melayu”, September 1996, Kuala Lumpur, Malaysia
Presenter, seminar internasional tentang “Agama dan Masyarakat Sipil”, 1997 Kuala lumpur
- Pembicara, konferensi USINDO (United States Indonesian Society), Maret 1997, Washington, DC, Amerika Serikat
- Peserta, Konferensi Internasional tentang “Agama dan Perdamaian Dunia” (Konperensi Kedua), Mei 1997, Wina, Austria
- Peserta, Seminar tentang “Kebangkitan Islam”, November 1997, Universitas Emory, Atlanta, Georgia, Amerika Serikat
- Pembicara, Seminar tentang “Islam dan Masyarakat Sipil” November 1997, Universitas Georgetown, Washington, DC, Amerika Serikat
- Pembicara, Seminar tentang “Islam dan Pluralisme”, November 1997, Universitas Washington, Seattle, Washington DC, Amerika Serikat
- Sarjana Tamu dan Pembicara, Konferensi Tahunan, MESA (Asosiasi Studi tentang Timur Tengah), November 1997, San Francisco, California, Amerika Serikat
- Sarjana Tamu dan Pembicara, Konferensi Tahunan AAR (American Academy of Religion) Akademi Keagamaan Amerika, November 1997, California, Amerika Serikat
- Presenter, Konferensi Internasional tentang “Islam dan Hak-hak Asasi Manusia”, Oktober 1998, Jenewa, Swiss
- Presenter, Konferensi Internasional tentang “Agama-agama dan Hak-hak asasi Manusia”, November 1998 State Department (Departemen Luar Negeri Amerika), Washington DC, Amerika Serikat
- Peserta Presenter “Konferensi Pemimpin-pemimpin Asia”, September 1999, Brisbane, Australia
- Presenter, Konferensi Internasional tentang “Islam dan Hak-hak Asasi Manusia, pesan-pesan dari Asia Tenggara”, November 1999, Ito, Jepang
- Peserta, Sidang ke-7 Konferensi Dunia tentang Agama dan Perdamaian (WCRP), November 1999, Amman, Yordania

Sumber:  http://hmistainjember.blogspot.com/2010/11/biografi-dr-nurcholis-madjid-tokoh-hmi.html

Tokoh-tokoh Pendiri HMI

a. Lafran Pane (Yogya),

b. Karnoto Zarkasyi (Ambarawa),

c. Dahlan Husein (Palembang),

d. Siti Zainah (istri Dahlan Husein-Palembang)

e. Maisaroh Hilal (Cucu KH.A.Dahlan-Singapura),

f. Soewali (Jember),

g. Yusdi Ghozali (Juga pendiri PII-Semarang),

h. Mansyur,

i. M. Anwar (Malang),

j. Hasan Basri (Surakarta),

k. Marwan (Bengkulu),

l. Zulkarnaen (Bengkulu),

m. Tayeb Razak (Jakarta),

n. Toha Mashudi (Malang),

o. Bidron Hadi (Yogyakarta).

Tokoh-tokoh HMI yang menonjol

Seekor Macan dewasa berbulu bersih, tak begitu suka makan daging dan darah. Aumannya tajam tapi tak menakutkan, membuat enak ditonton dan didengar. Anak-anak kecilpun tidak menjadi takut, orang dewasapun sering menunggu-nunggu penampakannya.

Komunitas macan yang sudah melahirkan banyak para pemimpin bangsa, ada yang teknokrat, birokrat, politisi, meski tidak semuanya memiliki ruh negarawan.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) penulis representasikan dalam dua alinea di atas. Tak berlebihan semoga, tak berkurangan pastinya. Karena kita semua tahu siapakah tokoh-tokoh yang telah lahir dari kandungan HMI mengisi warna warni bangsa Indonesia. Inilah 10 tokoh alumni HMI yang paling menonjol :
- Ahmad Syafi'i Ma'arif
- Alm. Nurcholis Madjid
- Akbar Tandjung
- Moh. Mahfud MD
- Munir Said Thalib
- Jusuf Kalla
- Mar'i Muhammad
- Fahmi Idris
- Siswono Yudo Husodo
- Anas Urbaningrum

Yang tua, yang muda, mereka cerdas, berwawasan luas, berjiwa pemimpin, religius. Hitam, putih, merah, biru, hijau, kuning, pernah jadi warna jaket mereka. Mampukah mereka memperjuangkan kejayaan bangsa Indonesia dan melestarikan jiwa kejuangan kepada generasi penerus bangsa ini. Kita ikuti saja halaman demi halaman yang lain.

Biografi Lafran Pane - Pendiri HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Lafran Pane lahir di kampung Pagurabaan, Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan, dia merupakan tokoh pendiri organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Sebelum tamat dari STI Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada bulan April 1948. Setelah Universitas Gajah Mada (UGM) dinegerikan tanggal 19 desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam fakultas Hukum, ekonomi, sosial politik (HESP).

Dalam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran termasuk dalam mahasiswa-mahasiswa yang pertama mencapai gelar sarjana, yaitu tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran pane menjadi Sarjana Ilmu Politik yang pertama di Indonesia. Mengenai Lafran Pane Sujoko Prasodjo dalam sebuah artikelnya di majalah Media nomor : 7 Thn. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, menuliskan :” Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula kelahiran HMI, kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya”.

Semasa di STI inilah Lafran Pane mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (hari rabu pon, 14 Rabiul Awal 1366 H /5 Februari 1947 pukul 16.00). HMI merupakan organisasi mahasiswa yang berlabelkan “islam” pertama di Indonesia dengan dua tujuan dasar. Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Dua tujuan inilah yang kelak menjadi pondasi dasar gerakan HMI sebagai organisasi maupun individu-individu yang pernah dikader di HMI.

Biografi Lafran Pane
Jika dinilai dari perspektif hari ini, pandangan nasionalistik rumusan tujuan tersebut barangkali tidak tampak luar biasa. Namun jika dinilai dari standar tujuan organisasi-organisasi Islam pada masa itu, tujuan nasionalistik HMI itu memberikan sebuah pengakuan bahwa Islam dan Keindonesiaan tidaklah berlawanan, tetapi berjalin berkelindan. Dengan kata lain Islam harus mampu beradaptasi dengan Indonesia, bukan sebaliknya. Dalam rangka mensosialisasikan gagasan keislaman-keindonesiaanya. Pada Kongres Muslimin Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Jogjakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia, Lafran Pane menulis sebuah artikel dalam pedoman lengkap kongres KMI (Yogyakarta, Panitia Pusat KMI Bagian Penerangan, 1949, hal 56). Artikel tersebut berjudul “Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia”.

Dalam tulisan tersebut Lafran membagi masyarakat islam menjadi 4 kelompok. Pertama, golongan awam , yaitu mereka yang mengamalkan ajaran islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan seperti upacara kawin, mati dan selamatan. Kedua, golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang ingin agama islam dipraktekan sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Ketiga, golongan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh mistik. Pengaruh mistik ini menyebabkan mereka berpandangan bahwa hidup hanyalah untuk akhirat saja. Mereka tidak begitu memikirkan lagi kehidupan dunia (ekonomi, politik, pendidikan). Sedangkan golongan keempat adalah golongan kecil yang mecoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, supaya agama itu
benar-benar dapat dipraktekan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.

Lafran sendiri meyakini bahwa agama islam dapat memenuhi keperluan-keperluan manusia pada segala waktu dan tempat, artinya dapat menselaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat dimanapun juga. Adanya bermacam-macam bangsa yang berbeda-beda masyarakatnya, yang terganting pada faktor alam, kebiasaan, dan lain-lain. Maka kebudayaan islam dapat diselaraskan dengan masyarakat masing-masing.

Sebagai muslim dan warga Negara Republik Indonesia, Lafran juga menunjukan semangat nasionalismenya. Dalam kesempatan lain, pada pidato pengukuhan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), kamis 16 Juli 1970, Lafran menyebutkan bahwa Pancasila merupakan hal yang tidak bisa berubah. Pancasila harus dipertahankan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Namun ia juga tidak menolak beragam pandangan tentang pancasila, Lafran mengatakan dalam pidatonya:
” Saya termasuk orang yang tidak setuju kalau Pemerintah atau MPR mengadakan interprestasi yang tegar mengenai pancasila ini, karena dengan demikian terikatlah pancasila dengan waktu. Biarkan saja setiap golongan mempunyai interpretasi sendiri-sendiri mengenai pancasila ini. Dan interpretasi golongan tersebut mungkin akan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan zaman. Adanya interpretasi yang berbeda-beda menunjukan kemampuan pancasila ini untuk selam-lamanya sebagai dasar (filsafat) Negara “. (hal.6)
Dari tulisan diatas nampak Lafran sangat terbuka terhadap beragam interpretasi terhadap pancasila, termasuk pada Islam. Islam bertumpu pada ajarannya memiliki semangat dan wawasan modern, baik dalam politik, ekonomi, hukum, demokrasi, moral, etika, sosial maupun egalitarianisme. Egalitarianisme ini adalah faktor yang paling fundamental dalam Islam, semua manusia sama tanpa membedakan warna kulit, ras, status sosial-ekonomi. Wajah islam yang seperti ini selazimnya dapat dibingkai dalam wadah keindonesiaan. Wawasan keislaman dalam wadah keindonesiaan akan sesuai dengan perkembangan waktu dan tempat. Untuk kepentingan manusia kontemporer diseluruh jagat raya ini sebagai rahmatan lil alamin.

Biografi Lafran Pane
Setiap 25 Januari, sebuah organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan mengenang satu orang: Prof. Drs. H. Lafran Pane. Dia pemrakarsa berdirinya HMI, organisasi yang banyak melahirkan sumber daya manusia (SDM) terbaik di negeri ini, juga punya andil besar terhadap lahirnya proklamasi. Pada 25 Januari 1991, beliau meninggal dunia. Singkat kata, Lafran Pane Layak dijadikan tokoh nasional bahkan pahlawan nasional. Kerana HMI Organisasi yang didieikannya telag lahir tokoh-tokoh bangsa di negeri ini seperti seperti Dahlan Ranuwiharjo, Deliar Noer, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafi Maarif, Kuntowijoyo, Endang Syaifuddin Anshori, Chumaidy Syarif Romas, Agussalim Sitompul, Dawam Rahardjo, Immaduddin Abdurrahim, Ahmad Wahib, Djohan Effendi, Ichlasul Amal, Azyumardi Azra, Fachry Ali, Bahtiar Effendy, dll,

Terdapat juga tokoh-tokoh sosial-ekonomi-politik seperti HMS Mintaredja, M,Sanusi, Bintoro Cokro Aminoto, Ahmad Tirtosudiro, Amir Radjab Batubara, Mar’ie Muhammad, Sulastomo, Ismail Hasan Metareum, Hamzah Haz, Bachtiar Hamzah, Ridwan Saidi, Jusuf Kalla, Amien Rais, Akbar Tanjung, Fahmi Idris, Mahadi Sinambela, Ferry Mursyidan Baldan, Hidayat Nur Wahid, Marwah Daud Ibrahim, Munir SH, Adyaksa Dault, Abdullah Hemahua, Yusril Ihza Mahendra, Syaifullah Yusuf, Bursah Jarnubi, Hamid Awwaluddin, Jimlie Asshiddiqi, Anas Urbaningrum, dan masih banyak lagi.

Sumber :  http://kolom-biografi.blogspot.com/2012/03/biografi-lafran-pane-pendiri-hmi.html

Jumat, 14 Februari 2014

Abu Vulkanik Gunung Kelud Sampai Juga di Sukabumi

Abu vulkanik Gunung Kelud mengembara jauh. Abu yang tersusun dari kristal silika ini ternyata sampai ke Sukabumi, Jawa Barat. "Di Sukabumi kita nyadar pas lihat jok motor ada debu beda dengan debu biasa, seperti yang di televisi," kata warga Sukabumi bernama Erwin yang memberi informasi lewat pasangmata.com, Jumat (14/2/2014). Erwin menuturkan dia mendapati debu vulkanik di atas jok motornya sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu dia hendak pulang kerja dari kantornya yang terletak di Jl Jenderal Sudirman, Warudoyong, Sukabumi. Debu itu tak hanya ada di motornya, tapi juga motor rekan-rekan kantornya. Setelah dicocokkan dengan informasi bahwa Bandung juga terguyur hujan abu vulkanik, Erwin yakin debu itu merupakan abu vulkanik Gunung Kelud. "Kalau hujan abu intensitasnya sih rendah, hampir nggak kelihatan, tapi kita nyadarnya setelah lihat jok motor itu," ujarnya. "Terus saya lihat berita di Bandung juga sudah ada abu vulkanik. Jarak sini dengan Bandung kan dekat," imbuhnya.


Sumber : DetikNews

Kamis, 13 Februari 2014

Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi


Jangan sia-siakan kesempatan... Ikutilah Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi, yang insya Allah akan dilaksanakan pada 7 - 16 Maret 2014. Screening: 7 - 9 Maret LK II: 10 - 16 Maret 2014... Panitia: 
Jainal sidik (0856 5956 7205) yanuar Azhar (0857 2086 6350)

Untuk propoosal silahkan download
disini

Bersyukur dan Ikhlas
Yakin Usaha Sampai..!

Sabtu, 08 Februari 2014

Peringatan Milad HMI Ke-67

HMI Cabang Sukabumi - HMI didirikan pada tanggal 14 Rabbiul Awal 1366 H bertepatan dengan 5 Februari 1947 di Yogyakarta. Kini, HMI sudah berumur 67 tahun, waktu yang sangat panjang bagi suatu organisasi mahasiswa.
Demi membangkitkan kembali ruh perjuangan HMI, HMI Cabang Sukabumi kembali mengadak peringatan Disnatalis/Milad HMI yang ke-67 di i Sekertariat Cabang HMI Sukabumi (Sabtu, 08/14) dengan tema "Sinergisitas Kelahiran HMI Dengan Ajaran Rasulullah SAW, Dalam Mewujudkan Masyarakat yang Bernilai". 
Hadir dalam acara tersebut beberapa tamu undangan, diantaranya Lukman Hakim (mantan ketua HMI Cabang Soreang), Husni F. Mubark (Ketua KNPI Jabar), Dr. Mulyawan S.N, Jaka Susila Spd.I dan Presidium KAHMI Sukabumi.
Meskipun acara tersebut diadakan sesederhana mungkin, namin tidak sedikitpun mengurangi rasa khidmat prosesi tersebut. Diawali dengan suguhan materi oleh rakanda Lukman Hakim, lalu dilanjutkan dengan prosesi Potong Tumpeng oleh ketua HMI Cabang Sukabumi, rakanda Ahmad Jamaludn.
Setelah semua susunsn acara terlaksana, lalu acarapun ditutp pada sekitar pukul 20.00 WIB. 
Bagi yang mau lihat poto-potonya, silahkan hubungi peserta yang hadir, hehe

Penulis: Ruswan